HSI QAWA’ID 16-20

HSI QAWA’ID 16

■ SILSILAH Al-Qowāidul Arba
■ Halaqah 16 | Qoidah Yang Kedua V
═════════ ❁❁ ═════════
Halaqah yang ke-16 Penjelasan Al-Qowāidul Arba’.
Kemudian beliau mengatakan:
والدليل قوله تعالى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Dan dalilnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla, dalil apa?
● Dalil bahwasanya dihari Kiamat ada syafa’at yang tidak bermanfaat, ada syafa’at yang diingkari, Allāh berfirman yang artinya
” Wahai orang-orang yang beriman (wahai orang-orang yang beriman yang mengaku beriman kepada Allāh, kepada Rasul-Nya, kepada Hari Akhir, kepada Malaikat, kepada takdir) wahai orang-orang yang beriman infaq kanlah dari apa yang telah kami rezeki kan kepada kalian, infaq kanlah – bershodaqohlah dari sebagian apa yang telah Kami rezeki kan kepada kalian, perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla bagi orang-orang yang beriman untuk berinfaq, bukan dengan seluruh hartanya tetapi dari sebagian apa yg Allāh berikan kepada mereka,
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَة
Sebelum datang suatu hari (kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla) dimana hari tersebut tidak ada perdagangan disana (tidak ada jual beli) demikian pula tidak ada ke kasih dan juga tidak ada syafa’at.
Kita diperintahkan untuk berinfaq, bershodaqoh dari apa yang Allāh berikan kepada kita sebelum datang suatu hari dimana disana tidak ada jual beli tidak ada menjual barang / tidak ada membeli barang, [ وَلَا خُلَّةٌ ] dan juga tidak ada kekasih tidak bermanfaat adanya kasih sayang disana, seorang bapak mengurus dirinya sendiri, seorang anak, mengurus dirinya sendiri, seorang teman tidak menanyakan temannya yang lain, masing-masing memperhatikan dirinya. [ وَلَا شَفَاعَةٌ ] dan juga tidak ada syafa’at (kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla), Allāh mengatakan وَلَا شَفَاعَةٌ tidak ada syafa’at dihari kiamat, disini Allāh mengingkari adanya Syafa’at dihari kiamat, apa yang diingkari?
● Syafa’at yang diminta dari selain Allāh.
Tadi kita sebutkan, bahwasanya syafa’at dihari kiamat ada, tetapi disini Allāh mengatakan – ولا شَفَاعَةٌ – apa yang dimaksud ?
⇒ Yang dimaksud adalah syafa’at yang diminta dari selain Allāh, contohnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin.
Ini yang diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
” Dan Orang-orang yang kafir, merekalah orang-orang yang Dzolim ”
[Surat Al-Baqarah 254]
Ini Adalah termasuk ayat yang menunjukkan bahwasanya di Hari kiamat ada syafa’at yang diingkari dan tidak bermanfaat
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
═════════ ❁❁ ═════════

HSI QAWA’ID 17

■ SILSILAH Al-Qowāidul Arba
■ Halaqah 17 | Qoidah Yang Kedua VI | Qoidah Yang Kedua VI
═════════ ❁❁ ═════════
Halaqah yang ke-17 Penjelasan Al-Qowāidul Arba’.
Dan Ayat yang lain, contohnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla :
فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
“Maka tidak akan bermanfaat pada hari itu syafa’at orang-orang yang memberikan syafa’at ” [al Muddatsir : 48].
Siapa mereka?
⇒Mereka adalah orang-orang yang didunia nya meminta syafa’at kepada selain Allāh.
Maka syafa’at di Hari kiamat saat itu bagi mereka adalah syafa’at yang diingkari. Tidak ada syafa’at bagi mereka.
Di dalam ayat yang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla menerangkan tentang bagaimana keadaan orang-orang yang dahulu di dunia mencari syafa’at dari selain Allāh dan bagaimana akhir nasib mereka di hari kiamat.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَىٰ كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ ۖ وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ ۚ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
[Surat Al-An’am 94]
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَىٰ
“dan sungguh kalian (sekarang) telah datang kepada Kami dalam keadaan sendiri²”
✓ Yaitu pada hari kiamat
كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ
“sebagaimana Kami telah menciptakan kalian pada saat pertama kali ”
✓Ketika mereka pertama lahir, datang dalam keadaan sendiri
وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُم
” dan kalian telah meninggalkan dunia yang dahulu Kami berikan kepada kalian dibelakang kalian, kalian tinggalkan harta kalian kemudian kalian datang pada hari ini dalam keadaan sendiri sendiri ”
وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ
” dan Kami tidak melihat bersama kalian orang-orang / makhluk ² yang akan memberikan syafa’at bagi kalian ”
الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ
” Syufaa² yang kalian menyangka bahwasanya mereka adalah شُرَكَاءُ (sekutu²) bagi kalian ”
Allāh mengatakan :
وَمَا نَرَىٰ مَعَكُم
” Kami tidak melihat mereka (bersama kalian) ”
Mana makhluk² sesembahan² yang dahulu kalian anggap mereka adalah orang-orang yang akan memberikan syafa’at bagi kalian di sisi Kami (yaitu disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla).
لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ
” dan sungguh telah terputus diantara kalian ”
✓ Sekarang tidak ada hubungan antara kalian dengan mereka. Kalian adalah makhluk mereka adalah makhluk dan masing-masing dari kalian akan mempertanggung jawabkan amalan nya disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Terputus antara diri kalian dengan orang-orang tersebut.
وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
“dan telah tersesat /telah hilang dari kalian apa yang dahulunya kalian sangka”
Ini Adalah nasib di hari kiamat bagi orang-orang yang didunianya mencari syafa’at bukan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan tetapi dari selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
⇒Inilah yang diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, jadi beliau rahimahullah menerangkan tentang Qoidah² ini bukan berarti beliau mengingkari syafa’at secara keseluruhan dihari kiamat. Beliau ingin menerangkan disana ada syafa’at yang diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan disana ada syafa’at yang ditetapkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Ini Adalah ilmu yang sangat penting yang hendaknya diketahui oleh seorang muslim, karena apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin ternyata itu bukan hilang begitu saja dan masih diperaktekan oleh sebagian manusia setelah mereka, sebagian meminta syafa’at kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, meminta kedekatan kepada Allāh dengan cara menyembah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Meskipun namanya berbeda dengan yang disembah oleh orang-orang musyrikin, mereka meminta syafa’at kepada orang yang shaleh yang sudah meninggal dunia berharap kepada mereka, berdoa kepada mereka dan ketika ditanya mengatakan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang akan memberikan syafa’at kepada kami disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan ini adalah sesuatu yang perlu diluruskan & apa yang dilakukan ini sama persis dengan apa yang dilakukan dengan orang-orang musyrikin quraisy di zaman Rasulullãh ﷺ.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
═════════ ❁❁ ═════════

HSI QAWA’ID 18

■ SILSILAH Al-Qowāidul Arba
■ Halaqah 18 | Qoidah Yang Kedua VII
═════════ ❁❁ ═════════
Halaqah yang ke-18 Penjelasan Al-Qowāidul Arba’.
Perlu diketahui bahwasanya Latta, salah satu sesembahan orang-orang quraisy ini dahulunya adalah orang yang shaleh dan diantara amalannya dahulu sering apabila datang musim haji memberi makan kepada para jamaah haji, setelah ia meninggal dunia karena dia adalah orang yang shaleh, oleh orang-orang quraisy disembah dan diminta syafa’atnya disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Demikian pula apa yang diceritakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam surat Nuh.
Bagaimana kesyirikan pertama kali terjadi di permukaan bumi siapa yang disembah oleh orang-orang yang disembah orang-orang / kaum Nabi Nuh alaihi salam, yang disembah tidak lain kecuali orang-orang yang shaleh
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا ۖ
“mereka (kaumnya Nabi Nuh alaihi wa sallam) berkata janganlah kalian meninggalkan sesembahan² kalian, ketika Nabi Nuh alaihi wa sallam mengajak mereka untuk bertauhid menyembah kepada Allāh semata, mereka mengatakan janganlah kalian tinggalkan sesembahan² kalian bersabarlah jangan mengikuti dakwah Nabi Nuh saling berwasiat untuk berpegang teguh kebatilan ”
[QS Nuh 23]
Mereka menyebutkan lima nama
⑴ wad –  وَدا
⑵ suwaa’ – سُوَاعًا
⑶ yaghuuts – يَغُوثَ
⑷ Ya’uuq يَعُوقَ
⑸ nasran – وَنَسْرًا
Ini Adalah lima nama orang-orang yang shaleh yang ada di zaman Nabi Nuh alaihi wa sallam, sebagaimana dikabarkan oleh Abdullah bin Abbas (anak dari paman Rasulullãh  ﷺ) beliau adalah mufasir nya para sahabat radiallahu antum, beliau. mengatakan ketika menafsirkan ayat ini
 «هذه أسماء رجال صالحين من قوم نوح فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون فيها أنصاباً وسموها بأسمائهم، ففعلوا، ولم تُعبد، حتى إذا هلك أولئك ونُسي العلم عُبدت» 
هذه أسماء رجال صالحين من قوم نوح
Ini Adalah nama nama dari orang-orang yang shaleh yang ada di zaman Nabi Nuh alaihi salam.
فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون فيها أنصاباً وسموها بأسمائهم
“ketika mereka (orang-orang shaleh) tersebut meninggal dunia datanglah syaitan kepada kaum Nabi Nuh alaihi wa sallam dan mewahyukan mereka (apa yang mereka wahyukan?) supaya kalian membuat gambar² – patung² yang merupakan simbol bagi mereka & di pasang patung² tersebut di majelis² kalian kemudian kalian namai patung² tersebut dengan nama² mereka”
Ini Adalah patung  suwaa’ – سُوَاعً, yaghuuts – يَغُوثَ, Ya’uuq يَعُوقَ & patung nasran – وَنَسْرًا.
⇒ Tujuan Ketika suatu saat mereka lemah di dalam beribadah, malas didalam beribadah kemudian mereka melihat patung² tersebut & ingat tentang giat nya orang-orang shaleh tersebut didalam beribadah maka ini diharapkan bisa menambah semangat untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Ini Adalah termasuk langkah syaitan menyesatkan manusia.
Kemudian beliau mengatakan
ولم تُعيد
Tetapi saat itu belum saat itu belum disembah
فلم هلك أولئك ونُسي العلم عُبدت
“ketika generasi tersebut meninggal dunia, kemudian ilmu dilupakan maka setelah itu baru sesembahan tersebut disembah ”
Ketika generasi tersebut meninggal dunia semuanya datang syaitan & mengatakan bahwasanya bapak-bapak kalian dahulu membuat patung² ini adalah untuk disembah di mintai syafa’at setelah itu ( عُبدت) disembahlah patung² tersebut.
Ini dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh alaihi wa sallam bukan orang-orang quraisy, sebagaimana yang disampaikan oleh para ulama orang-orang musyrikin membuat patung² tersebut baik dari kayu maupun dari batu bukanlah tujuannya untuk menyembah batu tersebut atau kayu tersebut, tapi kayu & batu tersebut adalah simbol dari apa yang mereka sembah. Seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani yang mereka membuat atau menyembah salib. Membuat Salib mereka menyembahnya ini adalah simbol dari Nabi Isa alaihi wa sallam yang menurut keyakinan mereka adalah mati dalam keadaan di salib, mereka sebenarnya adalah menyembah Nabi Isa alaihi wa sallam adapun salib yang mereka sembah itu adalah hanya sekedar simbol. Demikian pula yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin quraisy patung yang mereka buat itu adalah sekedar simbol dari sesuatu yang mereka sembah. Mereka juga menyembah orang-orang shaleh sebagaimana kaum Nabi Nuh alaihi wa sallam, mereka juga menyembah orang-orang shaleh yang sudah meninggal dunia.
Oleh karena itu hal ini perlu diwaspadai karena apa yang dilakukan oleh orang-orang quraisy bukan berarti sudah mati & tidak ada tetapi masih dilakukan oleh sebagian manusia.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
═════════ ❁❁ ═════════
HSI QAWA’ID 19
■ SILSILAH Al-Qowāidul Arba
■ Halaqah 19 | Qoidah Yang Kedua VIII
═════════ ❁❁ ═════════
Halaqah yang ke-19 Penjelasan Al-Qowāidul Arba’.
Kemudian beliau mengatakan :
والشفاعة المثبَتة هي: التي تُطلب من الله، والشّافع مُكْرَمٌ بالشفاعة
Adapun syafa’at yang ada, yang ditetapkan yang akan bermanfaat di hari kiamat adalah syafa’at yang diminta dari Allāh.
Seseorang di dunia mengatakan :
✓ “Ya Allāh aku meminta syafa’at para Malaikat dihari kiamat ”
Atau mengatakan :
✓ “Ya Allāh aku meminta syafa’at Nabi Muhammad dihari kiamat ”
Berarti dia telah meminta syafa’at dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Berbeda dengan sebagian yang dia datang misalnya kesebuah kuburan wali misalnya atau seorang Nabi, dia mengatakan :
⇒ ” Wahai Nabi aku meminta syafa’atmu di hari kiamat ”
Atau mengatakan:
⇒ ”  Berilah aku syafa’at mu pada hari kiamat ”
Lain antara yang pertama tadi atau dengan yang kedua.
Yang pertama memohon kepada Allāh [Ya Allāh aku meminta syafa’at Nabi mu pada hari kiamat]. Adapun yang kedua dia mengatakan [Wahai Nabi aku meminta syafa’at mu pada hari kiamat].
Yang pertama meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan ini adalah cara yang benar & ini syafa’at yang bermanfaat di hari kiamat.
Oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan :
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا ۖ
“Katakanlah wahai Muhammad, bahwasanya syafa’at semuanya adalah milik Allāh”
[Surat Az-Zumar 44]
Apabila syafa’at semuanya adalah milik Allāh, maka seseorang tidak meminta syafa’at tersebut kecuali kepada yang memiliki yaitu adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Adapun selain Allāh siapapun dia maka dia tidak memiliki
وَالَّذِينَ تَخَدُ مِنْ دُنِهِ الشُّفَعَة
أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ ۚ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ
[Surat Az-Zumar 43]
Apakah mereka menjadikan selain Allah sebagai pemberi syafa’at pemberi syafa’at
قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ
“Katakanlah apakah kalian tetap meminta syafa’at  kepada mereka, padahal mereka tidak memiliki sesuatu dan mereka tidak berakal ”
Kita meminta syafa’at dari Dzat yang memiliki
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا ۖ
” Katakanlah bahwasanya syafa’at semuanya milik Allāh Subhānahu wa Ta’āla”
Maka inilah syafa’at yang akan bermanfaat dihari kiamat. Orang yang di dunia meminta syafa’at nya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kemudian beliau mengatakan :
والشّافع مُكْرَمٌ بالشفاعة
Dan orang yang memberikan syafa’at di hari kiamat, berarti dia telah diutamakan / di mulia kan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan syafa’at tersebut.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla di hari kiamat mampu untuk mengeluarkan seseorang yang berdosa dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga,
✓ Tanpa adanya orang yang memberikan syafa’at.
✓ Tanpa adanya Malaikat yang memberikan syafa’at.
✓ atau Nabi yang memberikan syafa’at atau orang yang shaleh memberikan syafa’at.
Namun kenapa Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan di hari kiamat adanya syafa’at, disini beliau mengatakan
والشّافع مُكْرَمٌ بالشفاعة
Karena tujuannya adalah untuk memuliakan orang yang memberikan syafa’at tersebut, ingin menunjukkan kemuliaan dia disisi Allāh dihadapan makhluk-Nya.
Bagaimana keutamaan para Nabi, kemuliaan Rasulullãh ﷺ, kemuliaan orang-orang yang beriman. Allāh ingin menunjukkan keutamaan mereka & kemuliaan mereka disisi makhluk-Nya.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
═════════ ❁❁ ═════════

HSI QAWA’ID 20

■ SILSILAH Al-Qowāidul Arba
■ Halaqah 20 | Qoidah Yang Kedua  IX
═════════ ❁❁ ═════════
Halaqah yang ke-20 Penjelasan Al-Qowāidul Arba’.
Kemudian beliau mengatakan :
والمشفوع له: من رضيَ اللهُ قوله وعمله بعد الإذن كما قال تعالى: (مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ)[البقرة:255]
Siapakah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at di hari kiamat, mereka adalah (kata beliau) :
من رضيَ اللهُ قوله وعمله
“orang yang Allāh ridhoi amalannya & juga ucapannya”
✓ Inilah orang yang mendapatkan syafa’at di hari kiamat, adapun orang yang tidak Allāh ridhoi ucapannya yang tidak Allāh ridhoi amalannya, maka Allāh tidak akan mengizinkan siapapun untuk memberikan syafa’at kepada dirinya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhoi dari kita Tauhid & Allāh tidak ridho kesyirikan, artinya orang yang akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat adalah orang yang berTauhid yang meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam ibadahnya tidak menyerahkan ibadah sedikitpun kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Inilah orang yang akan mendapatkan ridho Allāh & mereka lah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at.
Suatu hari Rasulullãh ﷺ pernah di tanya oleh Abu Hurairah radiallahu anhu, bertanya kepada Rasulullãh ﷺ tentang siapa yang paling bahagia  mendapatkan syafa’at dari Rasulullãh ﷺ dihari kiamat.
Abu Hurairah berkata :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ … أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
[HR Bukhari, no.99].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Rasulullãh siapa orang yang paling berbahagia dengan syafa’at mu (yaitu pada hari kiamat) ”
Maka Rasulullãh ﷺ mengatakan :
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
” Barangsiapa yang mengatakan –  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – ikhlas dari hatinya ”
Orang yang yang mengatakan –  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – berarti dia telah ber ikrar
” Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh ”
dan diamalkan di dalam kehidupan dia. –  خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ  – ikhlas dari hati nya. Bukan karena dipaksa bukan karena sebagai orang yang munafik yang hanya mengucapkan –  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – dilisannya bukan dengan hati nya. Dia mengucapkan  –  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – ikhlas dari hati nya dan diamalkan dikehidupan dia sehari-hari, tidak berdoa kecuali kepada Allāh, tidak menyembelih kecuali hanya untuk Allāh, tidak bernadzar kecuali untuk Allāh, tidak beristighosah, istiadah, beristianah kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan seluruh ibadah, satupun ibadah tidak ada yang diserahkan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Inilah orang yang akan berbahagia dengan syafa’at nya Rasulullãh ﷺ.
Dalam hadits yang lain beliau ﷺ mengatakan :
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفَاعَةً لِأُمَّتِي وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“sesungguhnya setiap Nabi memiliki Dakwah yang mustajab /memiliki doa yang mustajab (dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla) & masing-masing dari Nabi telah menyegerakan dari doa nya (yaitu di dunia, mereka sudah menyegerakan doanya didunia ini), dan sesungguhnya aku telah menyembunyikan doa ku / mengakhirkan doa ku pada hari kiamat sebagai syafa’at dariku untuk umatku “.
Ini doa  mustajab dari beliau miliki, yang Allāh karuniakan kepada beliau beliau simpan dan ditunda sampai hari kiamat dengan maksud sebagai syafa’at bagi umat nya pada hari kiamat.
Kemudian beliau mengatakan :
وَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“dan syafa’at ini (syafa’at ku) akan di terima  insyaAllah oleh setiap yang meninggal diantara umatku yang dia meninggal tanpa menyekutukan Allāh sedikit pun”
Menunjukkan bahwasanya orang ya
ng berhak untuk mendapatkan syafa’at Rasulullãh ﷺ, dan juga syafa’at para Malaikat & juga syafa’at yang lain adalah orang yang tidak menyekutukan Allāh, orang yang di ridhoi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Beliau mengatakan :
“Setelah diizinkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.
Para Nabi, para Malaikat, para syuhada, orang-orang yang beriman mereka tidak akan bisa memberikan syafa’at kepada orang lain kecuali setelah di izinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Jika Allāh mengizinkan maka mereka memberikan syafa’at, tapi jika Allāh tidak mengizinkan, maka mereka tidak bisa memberikan syafa’at. Tidak mungkin mereka bisa memberikan syafa’at kecuali setelah di izinkan & dibolehkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Sebagaimana kata beliau :
كم قال الله تعالى :
( مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ)[البقرة:255]
“dan tidak ada yang memberikan syafa’at disisi Nya (yaitu disisi Allāh), kecuali dengan izin dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.
Menunjukkan bahwasanya syafa’at dihari kiamat berbeda dengan syafa’at di dunia. Di Hari kiamat seorang Nabi tidak mungkin memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ
[Surat An-Najm 26]
“berapa banyak Malaikat di langit yang tidak akan bermanfaat syafa’at mereka disisi Allāh – إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ  – kecuali setelah diizinkan orang Allāh Subhānahu wa Ta’āla ”
Menunjukkan bahwasanya Malaikat pun tidak bisa memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Oleh karena itu sekali lagi seorang muslim apabila ingin mendapatkan syafa’at di hari kiamat maka hendaklah ia meminta kepada Allāh, Dzat akan mengiizinkan syafa’at tersebut. Dan Dialah yang memiliki syafa’at tersebut.
Hendaklah dia menghindari cara mendapatkan syafa’at yang tidak dibenarkan dan ini adalah cara orang-orang musyrikin yang ada di zaman Rasulullãh ﷺ, demikian pula cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin di zaman Nabi Nuh alaihi wa sallam, yaitu mereka mencari syafa’at dengan cara meminta kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
═════════ ❁❁ ═════════


Comments

Popular posts from this blog

serba resep untuk anak autis

Bagamana melakukan Rotasi dan Eliminasi diet pada anak autistik (dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, S Pd.I)